Mengenal PAR sebagai Proses Perubahan yang Lebih Baik
Oleh : Dhaniar Ratih Rahmawati
PMI kelas A

A.    Pendahuluan
Salah satu metode yang saat ini banyak digunakan oleh para peneliti dalam melakukan penelitian dengan Partisipatory Action Reseach  yang kemudian disingkat menjadi PAR. Metode ini dianggap tetap karena dengan PAR secara langsung terjun bersama masyarakat, sehingga hasilnya nyata apa yang telah dilakukan. Melihat kondisi masyarakat saat ini yang mengalami masalah perlu adanya solusi yang akan merubah menjadi yang lebih baik. Adapun tujuan PAR yakni untuk membangun kesadaran masyarakat atau memberdayakan masyarakat  melalui pendidikan kritis, pembelajaran orang dewasa, dan dialog public. PAR sebagai  penelitian  tindakan  yang  dilakukan  atas  dasar  telaah,  diagnosis,  perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi oleh masyarakat.
PAR diyakini sebagai metode yang dipercaya bisa memberikan hasil yang nyata. Peneliti secara langsung tinggal bersama masyarakat dan mengikuti kegiatan sehari-hari, sehingga dapat merasakan sebagai penduduk setempat. Saat ini telah banyak yang menggunakan metode ini karena dapat memberikan hasil yang lebih riil, sehingga menganalisis masalah yang dihadapai lebih mudah untuk memberikan solusi.
B.     Pembahasan
PAR Pada awalnya dikembangkan oleh seorang psikolog bernama Kurt Lewin di awal hingga pertengahan 1900an.[1] Freire kemudian mengembangkan PAR sebagai kritik atas model pendidikan tradisional dimana guru berdiri di depan dan memberikan informasi  ke murid sebagai penerima pasif. PAR ini juga merupakan kritikan terhadap penelitian yang lazimnya dilakukan oleh universitas maupun pemerintah dimana para ahli datang ke komunitas dan mempelajari subjek penelitian kemudian pergi membawa data untuk ditulis dalam laporan maupun tulisan.
PAR adalah singkatan dari Participatory Action Research, merupakan suatu metode penelitian dan pengembangan secara partisipasi yang mengakui hubungan sosial dan nilai realitas pengalaman, pikiran dan perasaan untuk melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Penelitian ini membawa proses penelitian dalam lingkaran kepentingan orang dan menemukan solusi praktis bagi masalah bersama dan isu-isu yang memerlukan aksi dan refleksi bersama, dan memberikan kontribusi bagi teori praktis. Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung (dimana pengalaman sendiri sebagai persoalan) dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik.
Adapun prinsip-prinsip dalam melakukan PAR sebagai berikut, pertama partisipasi yang mengharuskan PAR dilaksanakan dengan melibatkan siapa saja yang berkepentingan dengan situasi yang diteliti bersama warga masyarakat melalui proses dan belajar untuk perubahan yang lebih baik. Kedua, orientasi aksi yang menuntut seluruh kegiatan dalam PAR harus mengarahkan masyarakat warga untuk melakukan aksi-aksi transformatif dengan agenda aksi perubahan yang jelas dan konkret yang mengubah kondisi sosial mereka agar menjadi semakin baik. Ketiga, prinsip triangulasi yang harus dilakukan dengan menggunakan berbagai sudut pandang, metode, alat kerja yang berbeda untuk memahami situasi yang sama, agar pemahaman tim peneliti bersama warga terhadap situasi tersebut semakin lengkap dan sesuai dengan fakta. Keempat, prinsip luwes atau fleksibel yang dilakukan dengan perencanaan sangat matang dan pelaksanaan yang cermat atau hati-hati, peneliti bersama warga harus tetap bersikap luwes menghadapi perubahan situasi yang mendadak, agar mampu menyesuaikan rencana semula dengan perubahan tersebut.
Prinsip-prinsip tersebut perlu diterapkan dalam melakukan penelitian PAR agar mencapai tujuan yang lebih baik. Masyarakat dan pemerintah serta pihak lain yang terlibat saling menerima perencanaan yang telah disepakati untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Perubahan ini membutuhkan waktu untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah-langkah yang digunakan untuk melakukan penelitian PAR antara lain[2] pertama, mapping merupakan penggambaran kondisi wilayah secara detail, oleh karena itu untuk menghindari kekeliruan informasi, posisi, dan kondisi penduduk  mengadakan musyawarah bersama-sama masyarakat yang bertempat. Kedua, transektor,setelah mendapatkan gambaran kondisi wilayah, maka dalam kegiatan transector, tim peneliti menelusuri dan mengamati secara langsung lingkungan dan keadaan sumber daya alam, perubahan-perubahan keadaan dan potensi-potensi, dan masalah yang terjadi di masyarakat. Ketiga, kalender musim berpengaruh pada kehidupan masyarakat suatu wilayah yang mayoritas petani kurang lebih dipengaruhi oleh tata cara pola tanam dalam jangka waktu tertentu. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat sangat dipengaruhi oleh musim tanam, musim panen, musim hujan dan musim kemarau. Keempat, Diagram Venn, setelah menelusuri wilayah dan mengamati kondisi sosial masyarakat dengan menganalisa peranannya, kepentingannya dan manfaatnya untuk masyarakat setempat. Dari hasil tersebut bersama masyarakat menyusun Diagram Venn bertujuan untuk mengetahui siapa saja yang mempunyai pengaruh paling besar, sehingga dapat membantu dalam menyusun rencana guna melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat, terutama untuk meraih dukungan. Kelima, Trend and Change merupakan tehnik penelurusan yang  memfasilitasi masyarakat dalam bentuk bagan untuk mengenali perubahan dan kecenderungan di berbagai keadaan, kejadian serta kegiatan masyarakat dari waktu ke waktu.
Langkah-langkah tersebut diterapkan oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri atau STAIN Ponorogo dalam laporan akhir kuliah pengabdian masyarakat berbasis Partisipatory Action Reseach (PAR) di Dusun Suru, Plunturan, Pulung, Ponorogo. Dusun Suru merupakan salah satu Dusun dari Desa Plunturan dengan luas kurang lebih 96,7 Ha. Dusun Suru merupakan daerah dataran tinggi di desa Plunturan yang mengalami masalah air. Secara geografis dusun ini terletak sekitar 20,5 Km dari pusat kota Ponorogo. Dusun Suru yang mempunyai kepala dusun bernama Pak Yahudi, terdapat jumlah penduduk laki-laki 1771 dan perempuan 1811.
Keadaan ekonomi masyarakat desa Plunturan khususnya berada pada tingkat menengah. Mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Masyarakat Dusun Suru mengandalkan perairan sawah dengan irigasi yang bersumber dari daerah mereka sendiri. Karena memang secara turun temurun tidak menggunakan bantuan diesel, tapi menggunakan pengairan dari gunung. Adapun saluran irigasi arahnya bercabang, sehingga pengairan hanya bisa dilakukan setiap dua sampai tiga minggu sekali dan dilakukan selama 2 X 24 jam setiap gilirannya. Selain mengandalkan pertanian, masyarakat dusun suru sebagaian kecil juga sebagai pencari batu kali. Sedangkan golongan pegawai selain petani mata pencaharian dusun Suru adalah pegawai, dan guru. Selain itu, Pendidikan merupakan hal penting dalam sebuah peradaban,  Kemajuan suatu masyarakat salah satunya dapat dilihat dari aspek tinggi rendahnya pendidikan yang ada dalam masyarakat tersebut. Dusun Suru Desa Plunturan memiliki beberapa lembaga pendidikan yaitu PAUD, TK, dan ada dua SD di desa Plunturan yakni SD Plunturan 01 dan SD Plunturan 02 yang lokasinya pun sangat dekat. Disamping itu pendidikan non formal seperti TPA. Agama yang dianut oleh masyarakat Suru adalah agama Islam. Islam masuk ke dusun tersebut pada tahun 1966  yang bawa oleh seorang penduduk Balong Ponorogo.
Suatu daerah tidak mungkin terlepas dari tokoh-tokoh yang berpengaruh, begitu pula pada Dusun Suru. Tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh di Dusun Suru Desa Plunturan Kecamatan  Pulung  Kabupaten Ponorogo, antara lain tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda. Dalam melakukan penelitian dengan PAR, mahasiswa secara langsung tinggal bersama masyarakat. Adapun program dari KPM adalah workshop dan praktik pembuatan pupuk organik, kegiata ini diberikan khusus untuk kelompok tani. Pelatihan yang diberikan menjadikan masyarakat sadar pentingnya penggunaan pupuk organik sehigga masyarakat mampu membuat pupuk organik dan tidaklagi bergantung pada pupuk non organik.
C. Kesimpulan
Saat ini PAR sangat dipercaya menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi masyarakat untuk memberikan solusi dengan pemberdayaan. PAR merupakan metode yang digunakan untuk pengembangan yang melibatkan masyarakat untuk mencapai perubahan yang lebih baik. Diharapkan mampu membangun jembatan mencapai pemahaman yang saling menguntungkan, menghubungkan orang, gagasan, dan sumber menuju solusi yang saling menguntungkan atas masalah bersama dan belajar bagaimana untuk maju menyongsong masa yang akan datang lebih baik.
Dalam mencapai suatu tujuan, pasti akan membutuhkan suatu proses. Dan hal itu tentunya akan dirasakan oleh suatu kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Begitu banyak proses yang harus dilewati dalam mencari informan yang dapat dipercaya demi mengumpulkan data-data yang kami butuhkan. Hingga pada akhirnya mendapatkan informasi yang butuhkan sesuai harapan dan keinginan. Dan pada saat data-data yang butuhkan telah terkumpul, baru dapat menemukan masalah yang ada dan membutuhkan penyelesaian sesegera mungkin yang dilakukan mahasiswa STAIN Ponorogo di Desa plunturan  terutama di dusun Suru. Kemudian secara bersama-sama kami mencoba menyelesaikan dengan warga.

Referensi :
Najammudin, dkk, Laporan Akhir Kuliah Pengabdian Masyarakat Berbasis Partisipatory Action Reseach, http://soearasastramudaberbakat.blogspot.co.id/2014/
09/laporan-akhir-kkn-berbasis-par.html, diakses pada tanggal 12 Mei 2016 pukul 20.00 WIB.




_ESSAY PARTISIPATORY ACTION RESEACH_


[1] http://www.bantuanhukum.or.id/web/participatory-action-research-par/
[2] Najammudin, dkk, Laporan Akhir Kuliah Pengabdian Masyarakat Berbasis Partisipatory Action Reseach, http://soearasastramudaberbakat.blogspot.co.id/2014/09/laporan-akhir-kkn-berbasis-par.html, diakses pada tanggal 12 Mei 2016 pukul 20.00 WIB.



Nama  : Dhaniar Ratih Rahmawati                                                    Tuesday, 5th of April 2016
NIM     : 14230002
Matkul : Manajemen Pengembangan Masyarakat

Mengembangkan Pantai Baron Gunung Kidul dalam Upaya Memberdayakan Masyarakat dengan Pendekatan PAR
            Daerah Istimewa Yogyakarta  memilki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya di sektor pariwisata. Untuk lebih memantapkan pertumbuhan sektor pariwisata dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan, sehingga perlu diupayakan pengembangan produk-produk yang mempunyai keterkaitan dengan sektor pariwisata. Pengembangan kepariwisataan dengan mengelola, memanfaatkan dan melestarikan setiap potensi keindahan dan kekayaan alam yang ada, dimana potensi tersebut dirangkaikan menjadi satu daya tarik wisata.
            Kehidupan sehari-hari dari pagi hingga senja berada dipantai. Keberadaan obyek wisata pada suatu daerah akan sangat menguntungkan, antara lain meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperluas kesempatan kerja mengingat semakin banyaknya pengangguran saat ini, meningkatkan rasa cinta lingkungan serta melestarikan alam dan budaya setempat karena biasanya masyarakat yang tinggal dipegunungan memilih untuk merantau. Pendapatan usaha dipantai tidak seimbang dengan kebutuhan sehari-hari.
Pantai Baron terletak di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Mata pencaharian yang awalnya sebagai petani, saat ini beralih menjadi nelayan. Para nelayan berlayar menangkap ikan menyesuaikan dengan kondisi ombak dan angin karena berpengaruh pada keselamatan, kemudian ikan hasil tangkpan dijual untuk mencari nafkah. Selain itu, menciptakan usaha warung makan seafood agar pengunjung dapat menikmati dengan berbagai macam cita rasa masakan serta dapat menikmati makan bersama keluarga dipinggir pantai. Masyarakat melayani pengunjung dengan ramah agar merasa nyaman. Pendapatan dalam usaha terkadang sedikit karena adanya persaingan antar pedagang, hanya waktu tertentu pendapatan melonjak seperti ketika liburan pantai dipenuhi dengan penunjung. Pengunjung dapat pula membeli oleh-oleh khas pantai Baron berupa kaos, gantungan kunci, bros, dll.
            Adat kebiasaan yang masih ada adalah upacara sedekah laut. Upacara sedekah laut adalah upacara yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Gunungkidul. Pantai Baron adalah salah satu tempat untuk menyelenggarakan upacara sedekah laut tersebut. Upacara sedekah laut diselenggarakan setiap tanggal satu Syuro dalam penanggalan Jawa. Upacara sedekah laut dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur penduduk setempat atas melimpahnya tangkapan ikan di Pantai Baron. Awalnya, sebagaian besar penduduk di sekitar Pantai Baron bukanlah nelayan melainkan petani yang mengolah kebun. Suatu ketika ada seseorang yang memulai menangkap ikan di pinggiran pantai dan mendapatkan banyak ikan, kemudian banyak penduduk yang mengikuti orang tersebut untuk menangkap ikan. Semakin lama, ikan di pinggir pantai semakin sedikit kemudian penduduk mencoba menangkap ikan ketengah laut menggunakan rakit kayu. Adanya kapal di pantai ini karena suatu ketika terjadi tragedi nelayan yang saat menangkap ikan di tengah laut digigit oleh ikan hiu maka kabar ini pun tersiar di mana-mana dan menjadikan pemerintah menyumbangkan perahu untuk nelayan Pantai Baron.
            Kebijakan pemerintah daerah di Kabupaten Gunung Kidul untuk memberdayakan penduduk desa di Pantai Baron dan menganalisis peran desa dalam mengembangkan potensi sosial budaya untuk pariwisata dalam kaitannya dengan menghadapi otonomi daerah. Untuk menyamakan pendapatan, penciptaan lapangan kerja dan pemberdayaan masyarakat, pemerintah daerah melibatkan masyarakat setempat dalam mengelola dan mengembangkan tujuan wisata. Pemerintah daerah melalui Tourist Bureau bekerjasama dengan desa, yaitu Desa Kemadang, dilakukan beberapa upaya untuk memberdayakan masyarakat, seperti dengan melibatkan masyarakat dalam mengembangkan Pantai Baron, berdirinya Tourist-Conscious Group (Pokdarwis), bantuan modal dan bimbingan . Selain Pokdarwis, beberapa kelompok lain tumbuh dari inisiatif masyarakat. Desa dan masyarakat yang digunakan untuk mencoba untuk mengambil bagian dalam beberapa daerah dalam mengelola pariwisata dengan menjelajahi potensi sosial budaya mereka harus meningkatkan kualitas pelayanan kepada para wisatawan. Pemerintah daerah juga memberikan pelatihan keterampilan kepada masyarakat.
            Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan pantai Baron salah satunya yaitu menjaga retribusi, untuk masuk pantai Baron setiap pengunjung  dikenakan biaya sebesar Rp 5.000,-. Tiket ini sekaligus juga dapat digunakan untuk tiga pantai yang berada di deretan Pantai Baron, yaitu Pantai Sundak, Pantai Krakal, dan Pantai Kukup. Secara ekonomi, pendapatan dari sektor pariwisata relatif kecil, sehingga kegiatan ini tidak menjadi andalan sebagai pekerjaan utama masyarakat setempat. Itu karena tujuan wisata Pantai Baron masih dalam tingkat perkembangan dan ada banyak wisatawan di hari-hari tertentu. Kesadaran masyarakat dalam melestarikan lingkungan masih rendah. Sehubungan dengan pengembangan Pantai Baron, peran desa di masa depan telah ditingkatkan, terutama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melestarikan lingkungan.
            Pembangunan   melalui   partisipasi   masyarakat   merupakan   salah   satu   upaya untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan yang berkaitan  dengan  potensi   sumber  daya lokal. Diharapkan dapat merubah dan meningkatkan citra daerah menjadi tujuan wisata yang “Handayani” yaitu daerah tujuan wisata yang berdaya guna, berhasil guna dan handal. Pantai baron merupakan salah satu pantai yang menjadi ikon dari pantai-pantai lain yang ada di sepanjang pesisir Gunung Kidul. Hal ini dikarenakan pantai baron merupakan salah satu pantai yang dikembangkan pertama kalinya oleh pemerintah kabupaten Gunung Kidul sebagai tujuan wisata, Pada saat ini kawasan wisata pantai baron akan dikembangkan sebagai salah satu obyek wisata alam pantai dan wisata kuliner hasil laut, dengan memanfaatkan kekhasan alam pantai yang dimiliki oleh pantai baron dan di tunjang dengan keberadaan beberapa fasilitas seperti area parkir, ruang terbuka, warung-warung makan, hotel, kios-kios souvenir, tempat ibadah, dan KM/WC.

_Esay Partisipatory Action Research (PAR)_

semester satu terlewati ...
semester dua terlewati ...
semester tiga terlewati ...
semester empat sedang berlangsung ...

jadi ini yg dinamakan kuliah??
katanya kuliah itu enak, asik, gampang, banyak libur, banyak teman.
aku jawab YA
tapi ...
sebenarnya ENGGAK

Namanya juga kuliah itu sama aja menuntut ilmu ya ...
jadi butuh perjuangan, banyak tugas itu biasa, banyak masalah itu luar biasaa. Pada masa ini pikiran semakin dewasa, semua harus disikapi dengan dewasa, bukan anak kecil lagi yang nangis minta permen minta balon minta jalan-jalan. enggak segampang itu ya! masalh yg dateng juga bukan sepele.
Saat ini aku berada dalam tanggung jawab yg besar. mungkin orang berpikir ini enak, coba dlu sebelum berkata. kuliah disanding dengan pengabdian.
Enggak gampang lo,